Uncategorized

Hari Pendidikan Nasional: Taman Siswa dan Sistem Pendidikan Indonesia Saat Ini

Hari Pendidikan Nasional: Taman Siswa dan Sistem Pendidikan Indonesia Saat Ini

Artikel ini akan membahas biografi singkat Ki Hajar Dewantara, sejarah pendirian Taman Siswa, dan gambaran pendidikan Indonesia saat ini dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional 2019.

Squad, sudah tahu belum alasan Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei?Itu benar—tanggal ini dipilih karena merupakan tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara—juga dikenal sebagai Raden Mas Soewardi Soerjaningrat—tokoh pendidikan nasional terkemuka di negara kita.

Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, tepatnya di Kadipaten Pakualaman, yang merupakan wilayah yang diperintahkan oleh adipati, yang lebih rendah dari kesultanan.

Squad, tokoh panutan kita yang satu ini dikenal sebagai seorang penulis, jurnalis, dan pelopor pendidikan Indonesia selama era kolonial Belanda. Yuk kita kenalan dulu dengan beliau.

Ki Hajar Dewantara adalah salah satu dari Tiga Serangkai dalam perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia, bersama dengan Tjipto Mangoenkoesoemo dan Douwes Dekker. Grup ini sempat menimbulkan kontroversi selama periode kolonial, ketika Indonesia masih menjadi bagian dari Belanda.

Ketika Ki Hajar Dewantara menulis esai singkat berjudul Als ik een nederlander was (Seandainya Saya Seorang Belanda), yang dengan tajam mengkritik perayaan seratus tahun kemerdekaan Belanda, kegemparan itu muncul.

Karena kekerasannya, Ki Hajar Dewantara sempat diasingkan ke Negeri Ratu Wilhelmina. Meskipun demikian, Ki Hajar Dewantara tidak kehilangan idealismenya, Squad. Sebaliknya, pengasingannya membantunya belajar lebih banyak, terutama tentang politik dan pendidikan.

Selain itu, Taman Siswa Berdiri.

Sebagaimana dilaporkan oleh Historia.id, setelah kembali dari pengasingan pada tahun 1920-an, Ki Hajar Dewantara memulai pendirian sekolah bernama Taman Siswa, yang didirikan pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Taman Siswa berdiri karena Ki Hajar Dewantara gelisah dengan kondisi pendidikan di Hindia Belanda yang sangat diskriminatif pada saat itu.

Sekolah Taman Siswa juga seolah-olah bertentangan (hal yang berlawanan) dengan sistem pendidikan era kolonial yang hanya memungkinkan anak-anak bangsawan untuk pergi ke sekolah dan tidak memungkinkan anak-anak rakyat biasa pergi. Itu benar-benar menyedihkan.

Akhirnya, semua orang memiliki akses lapaspematangsiantar.com ke pendidikan berkat Squad dan perjuangan Ki Hajar Dewantara untuk mendirikan Taman Siswa. Pada akhirnya, Taman Siswa akan memungkinkan anak-anak kelas bawah mendapatkan pendidikan yang layak.

Pada masa itu, dia percaya bahwa pendidikan adalah cara terbaik untuk memperoleh kemerdekaan. Kemerdekaan internal dan eksternal Tidak mengherankan bahwa dalam waktu delapan tahun (sekitar 1992–1930), jumlah sekolah Taman Siswa mencapai 100 cabang dengan puluhan ribu siswa di seluruh Jawa.

Back to list