Kedai Kopi Dekakiang: Membangkitkan Nostalgia dalam Suasana Santai
Bertempat di Sedap Malam Nomor 20, Kelurahan Banyuasri, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, Kedai Kopi Dekakiang berdiri di atas lahan bekas rumah tua yang merepresentasikan nuansa nostalgia. Dengan pekarangan seluas sekitar 250 meter persegi, kedai ini telah menjadi lokasi favorit bagi berbagai kalangan, mulai dari anak-anak muda hingga orang tua.
Pada sore hari, belasan pengunjung tampak menikmati suasana di sana. Beberapa keluarga terlihat akrab bercengkerama sambil mengabadikan momen di berbagai sudut kedai dengan latar belakang tanaman hijau. Di sudut lain, sekelompok anak muda tampak seru bermain game sambil sesekali menikmati kopi susu. Mereka bisa bersantai berjam-jam di tempat ini.
“Saya baru pertama kali ke sini setelah melihat rekomendasi teman di Instagram. Tempatnya asyik banget untuk nongkrong. Rasa kopinya juga enak, plus harganya terjangkau bagi mahasiswa seperti saya,” ujar Rusdi, 21 tahun. Di Kopi Dekakiang, Rusdi menghabiskan waktu berjam-jam berbincang dengan teman-temannya mengenai berbagai topik.
Kedai Kopi Dekakiang didirikan oleh Ida Bagus Made Mahadi Kemenuh, 42 tahun, pada April 2022. Meski pandemi Covid-19 telah mempengaruhi ekonomi, ia tetap memiliki ide untuk berbisnis. “Momennya pas, euforia setelah pandemi, orang-orang merasa bosan di rumah dan ingin nongkrong,” jelasnya.
Gus Mahadi, sapaan akrabnya, membuka kedai kopi ini berkat pengalaman cintanya dengan dunia kopi sejak kecil. Ia barcelonascoffeeshop.com mengenang bagaimana kakeknya mengenalkannya pada kopi, dan kenangan itu dijadikan inspirasi untuk nama kedai, yaitu Kopi Dekakiang, yang diambil dari kata “Ida Kakiang,” sebutan untuk kakek dalam bahasa Bali.
“Saya suka nongkrong dan sudah lama ingin membuat tempat untuk berkumpul. Ngopi juga sudah menjadi rutinitas bagi saya. Sempat terpikir untuk membuka usaha lain, tapi akhirnya kembali ke kopi. Ini adalah hasrat yang sempat tertahan karena saya masih bekerja. Pada tahun 2021, saya memutuskan untuk mengundurkan diri dan membuka kedai kopi,” tambah Gus Mahadi.
Dengan modal Rp 50 juta yang dihimpun dari tabungannya, Gus Mahadi mengubah rumah tua menjadi sebuah kedai dengan konsep industrial vintage. Bentuk dan interior asli rumah tua tersebut sengaja dipertahankan untuk memberikan nuansa nostalgia. Selain ruang utama, terdapat area luar yang luas bagi pengunjung untuk bersantai sembari menikmati kopi.
Menurut Gus Mahadi, peluang usaha kuliner di Buleleng masih sangat terbuka. Sebagai daerah yang dikenal sebagai Kota Pendidikan, Buleleng menjadi tempat pelajar dan mahasiswa untuk menuntut ilmu. Oleh karena itu, kedai kopi hadir untuk memenuhi kebutuhan tempat nongkrong, yang masih terbatas dalam konsep bervariasi.
Trend cafe saat ini cenderung serupa, sehingga Kedai Kopi Dekakiang berusaha menawarkan sesuatu yang berbeda. Gus Mahadi menyadari bahwa sebuah usaha perlu memiliki ciri khas dan nilai lebih agar dapat bertahan. Selain menyajikan menu kopi, ia juga menciptakan suasana santai di tengah kota.