Uncategorized

Unand-Swara Owa Survei 6 Primata Endemik Mentawai

Terancam Punah, Unand-Swara Owa Survei 6 Primata Endemik Mentawai

Departemen Biologi Unand atau Universitas Andalas bekerja sama dengan Swara Owa, lembaga konservasi primata yang berkantor di Yogyakarta, akan melakukan survei terhadap 6 primata endemik di Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat selama 16 hari, 8-23 Juni 2023.

Survei sangat mendesak dilakukan karena keenam primata yang seharusnya dilindungi tersebut terancam populasinya karena habitatnya semakin berkurang akibat penebangan hutan besar-besaran dalam setahun terakhir.

Penebangan hutan yang dilakukan dengan resmi tersebut marak akibat mudahnya pengurusan izin pemanfaatan kayu di hutan alam yang dikeluarkan pemerintah. Di Kepulauan Mentawai terdapat enam spesies primata dari empat genus. Di dunia ini, primata-primata tersebut hanya ada di Kepulauan Mentawai. Kini status konservasi keenamnya terancam punah atau “endangered”.

Keenam primata endemik Mentawai itu adalah Owa Mentawai (Hylobates klossii) atau Bilou, Simakobu Pagai (Simias concolor), Joja Mentawai (Presbytis potenziani), Joja Siberut (Presbytis siberu), Beruk Pagai (Macaca pagensis), dan Beruk Siberut (Macaca siberu).

Koordinator Survei Primata Mentawai dari Universitas Andalas Rizaldi mengatakan Departemen Biologi Unand dan Swara Owa bekerja sama untuk melakukan survei primata di keempat pulau besar di Kepulauan Mentawai, yaitu Pulau Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan.

Unand-Swara Owa Survei 6 Primata Endemik Mentawai

Menurutnya ancaman yang dihadapi primata endemik Mentawai tersebut sicbo online semakin meningkat dengan terjadinya deforestasi hutan akibat penebangan. Ia mengkhawatirkan kondisi tersebut akan menghilangkan habitat primata.

“Degradasi hutan atau gangguan terhadap habitatnya saja sudah bisa menurunkan jumlah populasi primata, apalagi kalau hutannya di-clearing, itu akibatnya akan sangat parah,” kata Rizaldi Minggu (4/6/2023).

Kondisi kerusakan habitat primata pada keempat pulau tersebut, katanya, menjadi alasan utama perlu dilakukan survei lapangan untuk mengumpulkan informasi terbaru terkait status konservasi primata itu dan habitatnya saat ini.

Dalam survei itu, tim tidak hanya fokus pada berapa jumlah populasi primata tersebut tetapi juga akan mensurvei kondisi populasinya saat ini.

“Kondisi habitatnya, di mana primata yang bisa ditemukan dan di mana yang tidak ditemukan, kemudian ancamannya apa, itu yang perlu kita ketahui,” ujarnya.

Tim survei melibatkan 20 mahasiswa dari dua kampus di Padang, Jurusan Biologi Universitas Andalas dan Jurusan Kehutanan Universitas Muhamadiyah Padang. Selain itu juga melibatkan tim dari Malinggai Uma, lembaga konservasi di Siberut.

Survei dilakukan pada keempat pulau utama, yaitu Pagai Utara, Pagai Selatan, Sipora, dan Siberut. Khusus di Siberut survei dilakuakn di luar kawasan konservasi Taman Nasional Siberut (TNS).

Back to list